Merdeka.com - Setahun terakhir, kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) rutin dibom dari udara oleh pelbagai negara, mulai dari Amerika Serikat, Arab Saudi, Turki, Yordania, Prancis, hingga Rusia. Terus dibombardir membuat ISIS gerah, sehingga memutuskan harus punya divisi tempur mengurusi pertempuran udara.
Menurut laporan intelijen terbaru, ISIS kini membangun angkatan udara di Libya, tepatnya di Kota Sirte. Manuver ini sekaligus melebarkan sayap militan khilafah ke Afrika.
Para militan belajar menerbangkan pesawat menggunakan simulator penerbangan, seperti dilaporkan militer yang mengatur strategi pengawasan di wilayah Afrika Utara.
"Mereka menggunakan simulator modern yang didatangkan dari luar negeri," tulis salah satu situs Arab Asharq Al-Awsat, seperti dikutip oleh Israel National News, Rabu (2/12).
ISIS sekaligus mengincar pilot potensial yang mau jadi teroris dari Libya. Pilot yang berpotensi itu akan mereka gunakan sebagai alat untuk membajak pesawat, seperti yang dilakukan 10 anggota Al Qaidah di balik serangan 11 September 2001.
PBB memperkirakan ISIS bakal merekrut 2.000 hingga 3.000 militan di Libya. Dan mereka semua akan dijadikan strategi untuk mempertahankan wilayah kekuasaan kekhalifahan.
Laporan 24 halaman dari Pusat Kajian Terorisme London menyatakan, bercokol di Libya merupakan kesempatan terbaik untuk menegakkan khilafah dibanding terus membuka front pertempuran Suriah dan Irak. Di dua negara kaya minyak itu, ISIS digempur dari semua sudut oleh banyak pihak.
Sejak diktator Muammar Khadafi lengser pada 2011, kondisi Libya morat-marit. Pengaruh Mesir dan Amerika Serikat sangat dominan pada pemerintahan sekarang. Sementara itu, para militan bekas pejuang Al Qaidah sukses menguasai wilayah Benghazi. Tahun lalu, mereka berbaiat pada ISIS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar