Cerita Anak Mesir

Kedatangan Syekh Al-Azhar adalah Proyek Syiah? Sebuah jawaban!

Terkait isu-isu yang berkembang di Tanah Air pasca kunjungan Imam Besar Al-Azhar Grand Shaikh Prof. Dr. Ahmad Tayib, kiranya ada beberapa hal yang perlu diluruskan:

1- Kedatangan Grand Shaikh Al-Azhar setahu saya adalah berkat undangan dari Pondok Modern Gontor yang memang secara rutin mengundang Grand Shaikh setiap sepuluh tahun. Dan untuk mengundang Grand Shaikh tidak mungkin dilakukan oleh Gontor secara pribadi, namun harus menggandeng pemerintah pusat, mengingat protokoler Grand Shaikh selevel Perdana Menteri. JADI, bukan Syiah Indonesia yang mengundang beliau.

2- Terkait statemen Grand Shaikh yang mengatakan bahwa Sunni dan Syiah adalah saudara, tentu saja sangat benar. Kita perlu ingat, bahwa di dalam Islam kita diajarkan tiga macam ukhuwah (persaudaraan).

Pertama, ukhuwah basyariyah (persaudaraan sesama manusia), yang mencakup seluruh manusia di muka bumi ini dengan berbagai agama dan rasnya. Kedua, ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sesama warga negara), yang meliputi seluruh warga Indonesia dalam konteks NKRI dengan lintas agamanya. Ketiga, ukhuwah islamiyah (persaudaraan sesama Islam). Syiah saat ini, dalam pandangan ulama tidak dimasukkan ke dalam kategori kafir atau murtad, karena mereka masih menjalankan prinsip-prinsip pokok keimanan kepada Allah SWT. dan Rasul-Nya.

Adapun penyimpangan pemikiran mereka hanya dalam batas ‘sesat’. Tidak semua yang sesat itu kafir, tapi setiap yang kafir itu sudah pasti sesat. Maksud dari saudara adalah kita tetap harus berbuat baik kepada mereka, dan mendakwahi mereka agar dapat kembali ke jalan yang lurus dengan dakwah yang penuh hikmah dan jauh dari anarkis.

3- Statemen Syiah adalah saudara bukan hanya dikeluarkan oleh Grand Shaikh Al-Azhar seorang diri, melainkan oleh banyak ulama dunia, seperti Habib Ali al-Jufri misalnya. Karena, propaganda dan adu domba Sunni-Syiah ini untuk konteks saat ini sering digunakan untuk kepentingan politik, utamanya Barat dalam mengobok-obok wilayah Timur Tengah. Mengadu domba Sunni-Syiah ini adalah cara paling efektif saat ini untuk menghancurkan dunia Islam. Ini sudah disadari oleh para petinggi Syiah di Iran dan para petinggi Sunni di beberapa negara Sunni, utamanya Al-Azhar sebagai kiblat keilmuan Islam saat ini.

Dan perlu dicatat, bahwa Grand Shaikh Al-Azhar Prof. Dr. Ahmad Thayeb adalah sosok paling keras mengkritik berbagai kebijakan Barat terkait konflik sektarian di Timur Tengah. Al-Azhar selalu mengatakan bahwa Barat adalah pihak paling bertanggungjawab terhadap konflik yang berkepanjangan, seperti yang saat ini terjadi di Suriah.

4- Tuduhan bahwa Grand Shaikh Ahmad Thayib liberal adalah tuduhan yang mengada-ada. Hal ini bisa dibaca secara lengkap di sini:http://mosleminfo.com/khazanah/4-peristiwa-penting-perseteruan-al-azhar-dengan-liberal-mesir/

5- Dan terkait Mesir adalah negara sekuler. Perlu dicatat bahwa dalam undang-undang Mesir dituliskan secara tegas bahwa sumber perundangan Mesir adalah PRINSIP-PRINSIP SYARIAT ISLAM, dengan Al-Azhar sebagai otoritas/rujukan dalam detail penafsiran tengan prinsip-prinsip syariat Islam itu.

6- Kemudian persoalan Grand Shaikh pernah belajar di Perancis. Itu sudah menjadi rutinitas Al-Azhar untuk mengutus beberapa generasi terbaiknya untuk pergi ke luar negeri pasca mendapatkan gelar doktor dari Al-Azhar. Tujuannya adalah untuk mempelajari pengetahuan dari bangsa lain sehingga terjadi hiwar hadharaat (dialog peradaban) demi terciptanya tatanan dunia yang damai.

7- Bahwa Grand Shaikh Al-Azhar saat ini diangkat oleh pemerintah yang sekuler. Perlu dicatat bahwa saat ini pemilihan Grand Shaikh sudah diubah menjadi kewenangan Haiah Kibar Ulama (Dewan Ulama Senior) Al-Azhar, dan sampai detik ini Haiah Kibar Ulama tidak memandang perlunya mengganti Grand Shaikh Al-Azhar saat ini. Kedudukan beliau, meski mulanya diangkat oleh pemerintah –karena sistemnya saat itu memang demikian—namun pasca sistem pemilihan tersebut diubah, kedudukan beliau pun tidak tergoyahkan dan disepakati oleh para ulama Al-Azhar. ARTINYA, beliau direstui oleh para ulama Al-Azhar.

8- Terkait tuduhan bahwa Grand Shaikh dianggap melanggar ijmak ulama tentang sesatnya Syiah. Maka perlu diketahui bahwa secara prinsip, Al-Azhar tetap memandang Syiah sesat terkait beberapa pendapat mereka. Namun, Al-Azhar tidak mau memvonis mereka kafir hanya karena kesalahan-kesalahan pandangan itu. Karena urusan takfir (mengafirkan) ini sangat berat dan tidak seenaknya dijatuhkan kepada orang muslim yang berbeda pendapat dengan kita. Dan larangan mengafirkan muslim lainnya sudah secara tegas disabdakan oleh Nabi SAW.. Sehingga,para ulama sangat berhati-hati dalam hal ini, karena jika salah maka vonis kafir tersebut akan kembali kepada si penuduh.

Namun demikian, Al-Azhar selalu mewanti-wanti agar ajaran Syiah tidak disebarkan di wilayah mayoritas Sunni, begitu pula sebaliknya. Karena konflik sektarian antar keduanya ini sering meletus dan merugikan kedua belah pihak. Bahkan perlu diketahui, lomba saat ini yang digulirkan oleh Al-Azhar (bisa dibaca di sini: http://ruwaqazhar.com/al-azhar-adakan-lomba-bantah-syiah-khusus-pelajar-asing.html) mendapatkan respon yang keras dari otoritas Syiah di Iran yang meminta Al-Azhar menghentikan lomba tersebut. Namun Al-Azhar tak bergeming untuk tetap melanjutkan proyek lomba tersebut. Karena Al-Azhar merasa bertanggungjawab untuk membentengi akidah generasi-generasi Ahlussunnah Waljamaah dari penyimpangan-penyimpangan Syiah yang saat ini disebarkan secara sangat massif.

Demikian 8 bantahan dari saya sesuai jumlah pintu surga. Semoga kita semua kelak dimasukkan ke surga oleh Allah dengan Grand Shaikh dan Para Ulama Al-Azhar. Allahu Akbar Yahyal Azhar.

Salam
M. Hidayatulloh (santri Al-Azhar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hosting Unlimited Indonesia